Pencipta Lagu Maju Tak Gentar, Cornel Simanjuntak
Kemudian, Ia melanjutkan pendidikannya di HIK Xaverius College Yogyakarta dan lulus pada tahun 1942. Binsa Sitompul, seorang sahabatnya di HIK Muntilan, sangat mengakui kecerdasan C. Simanjuntak. Baginya, C. Simanjuntak adalah seorang pribadi jujur, pemberani, dan teguh pada pendirian. Di sekolahnya itu, ia dipertemukan dengan J. Schouten seorang pengajar musik handal. Cornel Simanjuntak diajak bergabung ke dalam grup simponi bentukan gurunya itu.
Kelompok ini sering memainkan simponi karya Bach, Beethoven, Haydn, Wagner, dan Strauss. Tidak menunggu waktu lama, Cornel Simanjuntak menjadi salah satu anggota yang menonjol di kelompoknya tersebut. Bakat musiknya ini berhasil menarik perhatian Schouten dan Cornel pun semakin sering diikutkan dalam kelas musik Schouten. Di sekolah itu pula ia banyak mengenal komposer-komposer dunia seperti Schiller, Goethe, Shakespeare, dan Heine.
Ikut Berjuang Mempertahankan Kemerdekaan
Kalau saudara hendak mencari saya, jangan cari di rumah. Saya ada di markas API, Menteng 31. Buat sementara waktu saya meninggal musik. Saya sekarang merasa bebas sebebas-bebasnya dan dengan kebebasan yang saya dapatkan ini saya tentu akan dapat menghalang jiwa saya. Saya tidak ingin perasaan kebebasan itu hilang. Kalau kemerdekaan kita diambil orang, ia pun akan turut hilang. Sekarang ada pertempuran untuk kebebasan ini. Saya tersangkut di dalamnya.Cornel Simanjuntak tak kenal lelah untuk mengikuti setiap pertempuran. Hingga dalam sebuah pertempuran di daerah Senen, Tangsi Penggorengan Jakarta, pahanya tertembak. Saat itu, Ia dirawat di CBZ, sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Lalu, pasukan Sekutu pun datang melakukan penyisiran di rumah sakit. Ia pun dibopong pergi oleh teman-teman seperjuangannya untuk dibawa keluar kota Jakarta, tepatnya ke Yogyakarta. Di kota inilah banyak tercipta lagu-lagu Heroik dari Cornel Simanjuntak, seperti Maju Tak Gentar, Tanah Tumpah Darah, Teguh Kukuh Berlapis Baja, Pada Pahlawan, dan Indonesia Tetap Merdeka.
Di Yogyakarta, kondisi kesehatannya menurun, Ia semakin sering sakit-sakitan. Batuk kering yang dideritanya cukup parah hingga membuat badannya melemah dan menyusut. Ia pun harus dirawat di Sanatorium Pakem, Yogyakarta. Namun, sakit yang dideritanya itu tak membuat ia berhenti berkarya. Sembari diopname, ia terus menciptakan lagu-lagu perjuangan untuk membakar semangat para pejuang.
Di rumah sakit, kondisi kesehatan pencipta lagu maju tak gentar ini tidak ada perubahan. Hingga pada tanggal 15 September 1946, C. Simanjuntak menghembuskan napas dalam usia yang masih sangat muda, 25 tahun. Menjelang ajalnya pun, Ia masih sempat menciptakan lagu berjudul Bali Putra Indonesia, sayangnya lagu itu tidak sempat diselesaikannya. Cornel Simanjuntak pun dimakamkan Pemakaman Kerkop Yogyakarta, namun kemudian dipindahkan ke TMP Semaki Yogyakarta. Di pemakaman itulah batu nisannya bertulis "Gugur sebagai seniman dan prajurit tanah air"
0 komentar:
Post a Comment