Baru-baru ini kami menulis artikel tentang
Harta Karun di Gunung Padang, tak lain sebagai bentuk perwujudan rasa bangga kami sebagai anak bangsa yang memiliki situs tertua di dunia, Piramida Gunung Padang. Namun, rasa bangga itu sedikit terusik karena adanya kabar bahwa Gunung Padang sebenarnya hanyalah sebuah bukit biasa yang tidak mengandung situs purba seperti yang diklaim banyak orang selama ini. Kabar tersebut kami ketahui setelah membaca artikel yang dimuat oleh salah satu media online di Indonesia yang menulis bantahan bahwa Gunung Padang bukanlah sebuah Piramida.
|
Lokasi Situs Gunung Padang |
Tidak hanya mengusik rasa bangga kami, hal ini tentu saja meruntuhkan espektasi banyak orang, khususnya arkeolog
Gunung Padang yang sangat yakin dengan keberadaan sebuah piramida besar di bawah gunung itu. Sebenarnya, para ahli telah sejak lama meneliti gunung padang, tepatnya sejak akhir tahun 1800-an. Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur ini, sejak beberapa tahun terakhir heboh dengan desas-desus terdapatnya Piramida tertua di dunia, bahkan saking tuanya diklaim lebih tua dari Piramida Giza Mesir.
Sekilas tentang Gunung Padang
Laporan tertulis tentang Gunung Padang pertama kali dimuat pada tahun 1914 dalam buletin Dinas Kepurbakalaan Rapporten van de Oudheid kundige Dienst (ROD). Laporan lainnya tentang gunung Padang pernah ditulis juga oleh Nicolaas Johannes Krom, seorang pemerhati sejarah budaya tradisional Indonesia berkebangsaan Belanda.
Gunung Padang kembali menarik minat para arkeolog lagi sejak tahun 1979. Menurut peneliti utama Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri, Gunung Padang yang sempat terbengkalai bahkan dilupakan, namun sejumlah warga menemukan kembali gunung itu dan kembali diteliti hingga kini.
Sejak penemuan itu, bung Lutfi memaparkan bahwa telah berulangkali dilakukan penelitian mengenai Gunung Padang, baik itu oleh lembaga pemerintah maupun warga. Penelitian Gunung Padang pernah dilakukan oleh Direktori Purbakala, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Bandung, Pemerintah Daerah, dan berbagai penelitian mandiri yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Semua penelitian tersebut mencoba menguak segala misteri yang ada di Gunung Padang.
Desas-desus tentang Piramida yang terdapat di bawah Gunung Padang menyeruak ke permukaan sejak tahun 2011. Semua kabar resmi tentang Piramida purba saat itu berasal dari tim bentukan Presiden SBY melalui staf khususnya, Andi Arief. Media pun sangat bergairah memberitakan kabar ini membuat piramida Gunung Padang heboh ke seantero negeri. Piramida ini digadang-gadang sebagai yang tertua di dunia, lebih tua dari Piramida Giza di Mesir dan Piramida suku Inca di Machu Picchu Peru.
Indikasi tentang keberadaan Piramida di Indonesia bukanlah hal baru. Sebelum heboh tentang
Gunung Padang, dugaan keberadaan piramida juga pernah terjadi di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di Gunung Lalakon. Selain di Bandung, kabar serupa juga pernah muncul di Garut, tepatnya di Gunung Sadahurip.
Keyakinan tentang keberadaan piramida di Gunung Padang diperoleh berdasarkan hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) yang diketuai oleh Danny Hilman Natawidjaja pada tahun 2012. Tim tersebut melakukan uji pertanggalan karbon terhadap sampel hasil pengeboran bawah permukaan Gunung Padang.
|
Danny Hilman bersama istri saat meneliti Gunung Padang |
Danny Hilman menyatakan bahwa hasil carbon dating dari sampel tersebut menunjukkan umur yang lebih tua dari Mesir dan Manchu Picchu. "Kan ada 2 umur, 1 dating dari karbon persis di bawah situs pada kedalaman 4 meter, itu datingnya 4.700-an SM. Kemudian, dating pada kedalaman 8 meter, itu yang umurnya 10 ribuan. Kalau masalah tua-tuaan, ya dating yang pertama saja sudah lebih tua dari Giza, yang umurnya sekitar 2.800 SM, dan Manchu Picchu sekitar 1000-an Masehi," Ujar Danny seperti yang dilansir oleh Tirto.
Danny Hilman menyampaikan fakta tersebut ketika timnya sedang melakukan penelitian langsung di Gunung Padang yang saat itu baru melakukan pengeboran di dua titik. Timnya belum selesai, masih ada beberapa titik lagi yang harus diambil sampelnya. "Penelitian belum selesai, tidak cuma 2 titik, ada beberapa kedalaman yang harus kami cek, setidaknya ada 10 sampel nanti. Jika positif dalam ilmiah, cek dan ricek membaca hasil penelitian dulu. Belum akhir, penelitian masih berlangsung, ada beberapa titik lagi," tambah Danny.
Piramida yang diduga terdapat di bawah Gunung Padang diklaim berusia lebih tua dari dua peradaban tertua tersebut. Se-Indonesia heboh, bahkan dunia, hal ini diketahui setelah terdapat orang asing yang mengunjungi Gunung Padang dan mengaku bahwa piramida tersebut dibangun oleh leluhurnya. Lama menjadi perbincangan, perlahan isu ini mereda seiring dengan turunnya SBY dari jabatan Presiden setelah memerintah selama 2 periode, meski simpang siur informasi masih terjadi.
Tidak Ada Piramida di Gunung Padang
Bantahan yang mengatakan bahwa Gunung Padang bukanlah Piramida pertama kali dinyatakan oleh Lutfi Yondri, seorang peneliti utama dari Balai Arkeologi Bandung yang pernah menulis buku tentang gunung itu yang berjudul Gunung Padang: Kebudayaan, Manusia, dan Lingkungan (2017). Beliau menyatakan bahwa tidak ada Piramida di Gunung Padang dan usianya tidaklah setua seperti anggapan masyarakat saat ini.
|
Lutfi Yondri Peneliti Senior Balai Arkeologi Bandung |
Memulai penjelasannya, beliau memaparkan bahwa isu tentang piramida itu awalnya bukan di Gunung Padang, tetapi di Gunung Lalakon Kabupaten Bandung Barat dan Gunung Sadahurip di Garut. Kemudian pada tahun 2011, Ia mengaku sangat kaget saat tiba-tiba mengetahui isu piramida tersebut beralih ke Gunung Padang. Lutfi kemudian menambahkan bahwa kesimpulan yang didapat dari hasil uji karbon sampel yang dibawa ke laboratorium itu sudah memang sudah benar, tetapi harus jelas dulu apakah sampel yang diuji tersebut adalah benda budaya atau bukan.
"Oleh karena banyak yang berpikir bahwa di dalam Gunung Padang terdapat piramida segala macam, seakan-akan umur itu mereka jadikan sebagai umur budaya. Nah, itu yang berbeda dengan sisi arkeologis dari pertanggalan, itu pertama ya," paparnya.
Lutfi kemudian menambahkan bahwa penemuan beberapa fragmen tembikar atau gerabah di Gunung Padang tidak bisa dijadikan dasar untuk membangun keyakinan mengenai piramida Gunung Padang. Penemuan fragmen tersebut menjadi bukti bahwa tidak terdapat pemukiman besar di sana. Hal ini tentu bertentangan dengan dugaan piramida, sebab untuk membangun sebuah piramida harus mengerahkan tenaga manusia yang banyak.
"Dalam arkeologi prasejarah, seringkali kita menemukan jejak budaya atau peninggalan-peninggalan budayanya. Nah, oleh karena peninggalan itu tidak ada benda-benda yang menunjukkan umur budaya secara langsung, barulah kita lakukan proses pertanggalan melalui laboratorium. Dan saya lihat kembali pertanggalannya, hasilnya terbolak-balik. Nah, itu yang saya bantah," tambah Lutfi.
Setelah membaca hasil-hasil penelitian laboratorium sampel Gunung Padang, Lutfi menemukan bahwa hasil-hasil pertanggalannya terbolak-balik. Misalnya, pada kedalaman 7 meter umurnya 23.000 SM. Tetapi, pada kedalaman 8 meter umurnya jadi 11.000 SM. Menurut Lutfi, harusnya semakin dalam maka semakin tua umurnya.
Lutfi juga menambahkan, bahwa hasil laboratorium berupa data pertanggalan sebelum digunakan dalam arkeologi, harus dikalibrasi dahulu. Jadi, tidak bisa digunakan secara langsung, mesti disesuaikan dengan temuan dari lapisan tanah yang bisa dilakukan oleh para kimiawan. Langkah selanjutnya akan dilakukan simpangan penanggalan: umur tumbuhan, umur menengah, dan umur muda. Ketiga umur ini akan dicocokkan dengan temuan arkeologi yang diperoleh dari pengeboran lapisan tanah tersebut.
"Kalau misalnya hasil laboratorium memperoleh umur 10.000, sementara temuannya sekitar 3.000 atau 4.000, artinya simpangan umur tua itu yang kita pakai. Contoh kasus seperti yang terjadi di Gunung Padang, pada saat peneliti melakukan pertanggalan di kedalaman 50-55 atau satu meter, dia katakan umurnya 2.500 tahun SM, sementara temuan fragmen keramik itu dari tahun 17, jelas salah, tidak cocok," ujar Lutfi.
Hal lain yang dipermasalahkan oleh Lutfi adalah mengenai temuan koin purba yang semula diduga berasal dari tahun 5.200 SM. Namun, setelah ia mengecek langsung koin tersebut, terdapat huruf jawa dan arab di sekelilingnya. Artinya, usianya tidak mungkin setua dugaan tersebut. "Bagaimana mungkin koin itu berasal dari 5.200 SM? Mesir Kuno saja baru mengenal huruf yang sederhana dan paling tua di dunia pada tahun 3.000 SM." bantah Lutfi.
TTRM menyatakan bahwa koin tersebut berasal dari kedalaman 11 meter. Lutfi membantah pernyataan ini. Menurutnya, pada koin itu terdapat lapisan karat serta lapisan platinanya, karat itu terbentuk karena proses sentuhan air atau kelembaban.
"Tidak mungkin koin tersebut berasal dari kedalaman 11 meter, paling jauh koin itu pasti hanya di balik rumput. Kalau dia 11 meter kan di Gunung Padang itu lembab, pasti korosi dia, paling tidak gak usah 11 meter, 35 senti aja di bawah permukaan tanah, itu akan tertutup karat semua karena Gunung Padang lembab daerahnya," ujar Lutfi.
Lutfi menginformasikan semua bantahan-bantahan tersebut kepada banyak pihak yang melakukan penelitian di Gunung Padang, karena banyak yang membuat kesimpulan yang sangat awal sebelum proses penelitiannya betul-betul selesai."Hanya mereka sudah bikin simpulan-simpulan di awal, ada ini ada itu, mereka mencoba mencari bendanya, temuannya, atau mereka di awal membuat simpulan-simpulan itu, datanya tidak klop sama sekali," tambah Lutfi.
Hingga isu piramida Gunung Padang ini mereda termasuk semua dugaan tentang umurnya yang lebih tua dari sejumlah kebudayaan lain di dunia, hal-hal yang disampaikan oleh Lutfi tidak pernah dibantah oleh peneliti Gunung Padang lainnya.
Jadi, benarkah tidak ada Piramida di Gunung Padang? Apakah kabar Piramida itu hanyalah hoax semata? Entahlah, mari kita tunggu hasil penelitian selanjutnya dari gunung ini. [ilm]
0 komentar:
Post a Comment