Berasal dari daerah manakah Tari Seudati? Indonesia memang terkenal sebagai bangsa dengan kekayaan warisan kesenian tari-tarian daerah. Nenek moyang kita di zaman dahulu, banyak menciptakan ragam tarian daerah yang terus eksis ditampilkan sampai sekarang. Umumnya, tari-tarian tersebut dibuat untuk keperluan ritual atau upacara adat. Ada juga beberapa di antaranya yang berfungsi sebagai hiburan.
Tari Seudati Berasal Dari Daerah
Dari sekian banyak tarian daerah tersebut, salah satu yang cukup populer adalah Tari Seudati. Tarian ini menjadi bukti nyata betapa tingginya kemampuan seni yang dimiliki oleh para pendahulu kita yang mampu menciptakan sebuah tarian dengan gerakan yang harmonis dan kompak. Tari ini telah ada sejak ratusan tahun lamanya dan masih sering dipertunjukkan hingga sekarang.
Nah, pada kesempatan ini kami akan menginformasikan asal daerah Tari Seudati. Semoga setelah membaca informasi ini, kita bisa mengetahui dan memahami dari mana Tari Seudati berasal dan seperti apa bentuk tariannya.
Tari Seudati Berasal Dari?
Tari Seudati adalah tarian daerah yang berasal dari daerah Aceh, tepatnya di Kabupaten Pidie. Tarian ini pertama kali berkembang di daerah Aceh Timur, Aceh Utara, dan Pidie. Nama dari tarian ini terinspirasi dari kata bahasa Arab, yaitu syahadati atau syahadatain, yang berarti pengakuan atau kesaksian. Namun, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa seudati adalah kata yang berasal dari kata seurasi yang berarti kompak atau harmonis.
Tari Seudati pertama kali dikembangkan sejak agama Islam masuk ke daerah Aceh. Tarian ini dimanfaatkan sebagai media dakwah oleh para penyebar agama Islam untuk mengembangkan agama Islam. Tarian Seudati dibawakan dengan mengisahkan berbagai macam masalah yang terjadi agar masyarakat tahu bagaimana menemukan solusi dari suatu persoalan secara bersama.
Tarian Seudati pada mulanya adalah tarian pesisir yang disebut ratoh atau ratoih, yang berarti menceritakan. Tarian ini dipertunjukkan sebagai rasa suka cita karena musim panen telah tiba pada malam bulan purnama, atau dipertunjukkan untuk mengawali permainan sabung ayam. Kisah yang sering diceritakan dalam ratoh terdiri dari kisah gembira, sedih, nasihat, dan cerita-cerita yang membangkitkan semangat.
Umumnya, penyebar agama Islam yang ada di Aceh berasal dari negara Arab. Oleh karena itu, seudati banyak menggunakan istilah-istilah yang berasal dari bahasa Arab, seperti syair yang berarti nyanyian, saman yang berarti delapan, dan syekh yang berarti pemimpin. Sekarang ini Tari Seudati menyebar dan berkembang di seluruh daerah Aceh dan digemari oleh masyarakat. Bukan hanya sebagai media dakwah, tetapi Tari Seudati juga sering ditampilkan sebagai sarana hiburan rakyat.
Sejarah Tari Seudati
Tari Seudati pertama kali tumbuh di desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, di bawah pimpinan Syekh Tam. Tarian tersebut selanjutnya berkembang di desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie di bawah pimpinan Syekh Ali Didoh. Jadi, bisa dikatakan tari Seudati berasal dari kabupaten Pidie. Tarian ini termasuk ke dalam tari tradisional Aceh yang masih lestari hingga kini dan menjadi kesenian yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar (SD).
Seudati adalah tarian yang termasuk ke dalam ketegori Tribal War Dance atau tarian perang, dimana syairnya bertujuan untuk membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit melawan penjajah. Oleh sebab itu, pada zaman penjajahan Belanda, tarian ini sempat dilarang. Namun, sekarang ini tarian Seudati diperbolehkan kembali dan menjadi bagian dalam kesenian nasional Indonesia.
Jumlah Penari Seudati
Tarian Seudati dibawakan oleh kelompok penari yang berjumlah delapan orang pria sebagai penari utama, dengan komposisi sebagai berikut:
- Satu orang bertugas sebagai pimpinan yang disebut Syekh,
- Satu orang pembantu Syekh,
- Satu orang pembantu di belakang yang disebut apeet bak,
- Dua orang pembantu di sebelah kiri yang disebut apeetwie, dan
- Tiga orang pembantu biasa.
Selain itu, terdapat dua orang yang bertugas sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi.
Gerakan Tarian Seudati
Tari Seudati adalah jenis tarian yang tidak menggunakan alat musik, tetapi hanya berupa gerakan saja, seperti tepungan tangan ke pinggul dan dada, petikan jari, dan hentakan kaki ke tanah. Gerakan tariannya mengikuti tempo dan irama lagu yang dinyanyikan.
Beberapa gerakan tarian Seudati cukup lincah dan dinamis dengan penuh semangat. Terdapat beberapa gerakan yang tampak kaku, namun sebenarnya menunjukkan kegagahan dan keperkasaan si penarinya. Selain itu, tepukan tangan ke perut dan dada bermakna kesombongan sekaligus kesatria.
Busana Tari Seudati
Busana yang dipakai oleh para penari Seudati terdiri dari kaos oblong lengan panjang yang ketat dan celana panjang, semuanya berwarna putih. Penari juga memakai kain songket yang dililitkan sebatas pinggang dan paha, ikat kepala (tangkulok) yang berwarna merah yang diikatkan di kepala, rencong yang disisipkan di pinggang, dan sapu tangan yang berwarna.
Busana seragam tari Seudati ini hanya untuk penari utamanya. Sementara itu, aneuk syahi (penyanyi pengiring) tidak harus berbusana seragam. Bagian-bagian yang paling penting dalam tari Seudati adalah likok (gaya, tarian), Saman (melodi), irama kelincahan, dan cerita yang mengisahkan kepahlawanan, tema-tema agama, dan sejarah.
Cara Menari Seudati
Tarian Seudati pada umumnya dipertunjukkan di atas pentas dan terbagi menjadi beberapa babak, antara lain:
1. Babak Pertama
Babak pertama adalah bagian awal dengan saleum (salam) perkenalan yang diucapkan oleh aneuk syahi, yaitu;
Assalamualaikum Lon tamong lam seung,Lon jak bri saleum keu bang syekh teuku...
Aneuk syahi berfungsi untuk mengiringi seluruh rangkaian tari Seudati. Salam pertama ini akan dibalas oleh Syekh dengan nada (langgam) yang berbeda, yaitu:
Kru seumangat lon tamong lam seung,
lon jak bri saleum ke jamee teuku...
Syair balasan dari Syekh tersebut akan diulangi lagi oleh apeet bak dan kedua apeetwie. Pada babak pertama perkenalan ini, delapan penari akan melenggokkan tubuhnya dalam gerakan gemulai, jentikan delapan jari yang mengikuti gerak irama lagu, dan tepuk dada. Gerakan rancak baru akan terlihat saat memasuki babak selanjutnya. Dalam pementasan pertandingan, maka kelompok pertama ini akan menyelesaikan babak pertama, yang akan dilanjutkan oleh kelompok kedua dengan teknik yang berbeda pula. Biasanya, kelompok pertama akan turun dari panggung.
2. Bapak Kedua
Babak kedua tarian Seudati dimulai dengan bak Saman, yaitu seluruh penari utama Seudati berdiri sambil membuat lingkaran di tengah-tengah panggung untuk mencocokkan suara dan menentukan likok apa saja yang akan dipentaskan. Di tengah-tengah lingkaran tersebut diisi oleh Syekh atau pimpinan. Bentuk lingkaran ini memiliki makna bahwa masyarakat Aceh selalu muepakat (bermusyawarah) dalam mengambil segala keputusan.
Jika dikaitkan dengan konteks tarian ini, mupakat itu adalah bermusyawarah untuk menentukan likok atau Saman yang akan dimainkan. Kelincahan, keseragaman gerak, dan ketangkasan penari akan ditunjukkan di dalam likok. Semuanya harus sesuai dengan lantunan lagu yang dinyanyikan oleh aneuk syahi. Lantunan likok tersebut akan diawali dengan:
liiiii la lah alah ya ilalah...(secara lambat dan cepat)
Irama lagu akan diikuti oleh seluruh penari utama yang dinyanyikan secara lambat atau cepat tergantung aneuk syahi dalam melantunkan lagu tersebut.
3. Babak Ketiga
Babak lainnya dalam tari Seudati adalah babak Saman, yaitu babak dimana beragam pantun dan syair saling disampaikan dan terdengar bersahutan antara Syekh dan aneuk syahi yang diikuti oleh semua penari.
Saat Syekh mengucapkan:
Walahuet seuneut apet ee kataheee, hai syam,
Maka aneuk syahi akan membalas dengan jawaban:
lom ka dicong bak iboih, anuek puyeh ngon cicem subang.
Untuk menghilangkan rasa jenuh para penonton, setiap babak ditutup dengan formasi lanie, yaitu memperbaiki posisi penari yang sebelumnya sudah tidak beraturan.
Demikianlah informasi tentang asal daerah Tari Seudati. Bagikan materi ini agar orang lain juga bisa membacanya. Terima kasih, semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment