Apa yang melatarbelakangi terbentuknya Kampung Pancasila? Sekedar informasi, Kampung Pancasila adalah julukan sebuah kampung atau desa yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai tempat percontohan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kampung Pancasila telah ada sejak dahulu, sekitar tahun 1990 an, yang diberikan pertama kali kepada Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Latar Belakang Terbentuknya Kampung Pancasila
Pada waktu itu, desa ini pernah menjadi desa percontohan untuk melaksanakan program pemerintah tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Sejak saat itu Desa Balun diberi julukan sebagai Kampung Pancasila atau Desa Pancasila. Desa ini terkenal dengan kehidupan masyarakatnya yang sangat rukun meskipun berbeda agama.
Terdapat tiga agama yang berkembang di tengah masyarakat Desa Balun, yaitu Islam, Kristen, dan Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka berbaur menjadi satu hidup bertetangga tanpa membedakan agama. Bahkan, tempat ibadah mereka terletak saling berdekatan di satu area.
Kerukunan tersebut tidak hanya tergambar dalam pembangunan tempat ibadah, tetapi juga dalam hal kegiatan yang melibatkan seluruh warga desa, seperti kerja baki dan peringatan hari besar nasional. Mereka tidak membedakan aliran kepercayaan, mereka membaur menjadi satu sesama warga desa.
Demikian juga pada saat aktivitas peribadatan keagamaan di agama masing-masing, misalnya saat Ramadhan umat muslim yang tadarrus Al Quran pengeras suaranya dibatasi hanya sampai pukul 22.00 saja agar tidak mengganggu agama lain. Umat Hindu yang pada hari biasa melakukan peribadatan pada pukul 19.00, saat Ramadhan kegiatannya dimajukan sebelum maghrib.
Saat umat Islam melaksanakan sholat Ied, umat agama lain ikut membantu menjaga ketenangan dan mengatur parkir. Pada saat Natal, banser ikut membantu polisi menjaga keamanan sekitar gereja. Saat Nyepi, umat lain hanya keluar rumah seperlunya saja.
Latar Belakang Terbentuknya Kampung Pancasila
Kejadian yang melatarbelakangi terbentuknya Kampung Pancasila di Desa Balun adalah peristiwa pemberotakan G 30 S/PKI yang terjadi pada tahun 1965. Suasana desa saat itu sangat mencekam. Datanglah pak Bathi, seorang prajurit angkatan darat ke Desa Balun untuk menenangkan suasana. Usaha pak Bathi akhirnya berhasil, dan masyarakat Desa Balun yang mayoritas beragama Islam sepakat untuk mengangkat beliau menjadi kepala desa yang beragama Kristen Protestan. Sekitar tahun 1967, masuklah agama Hindu yang datang dari Desa Plosowayuh yang terletak berdekatan dengan Desa Balun.
Kristen dan Hindu sebagai agama pendatang ke Desa Balun berkembang secara perlahan-lahan. Mereka melakukan peribadatan di rumah tokoh-tokoh agama mereka. Oleh karena bertambahnya jumlah pemeluk, Kristen dan Hindu mulai membangun rumah ibadah sederhana dan terus berkembang hingga berbentuk megah seperti sekarang ini.
Pemeluk tiga agama besar yang berkembang di desa ini merasakan nyamannya hidup rukun meskipun berbeda agama. Mereka berusaha untuk menjaga keadamaian tersebut. Untuk tujuan ini, mereka membuat kesepakatan yang dideklarasikan pada tanggal 17 Juni 1988 yang berisi komitmen warga Desa Balun untuk menjaga dan mengembangkan kerukunan dan toleransi antar umat beragama.
Kerukunan yang tercipta di Desa Balun menginspirasi pemerintah Indonesia sampai sekarang ini. Hal ini dibuktikan oleh dibentuknya Kampung Pancasila di daerah-daerah lain, seperti yang baru-baru ini dibangun oleh pemerintah di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjab Barat Provinsi Jambi.
Secara umum, latar belakang terbentuknya Kampung Pancasila adalah:
Adanya kegelisahan melihat tujuan bangsa Indonesia yang telah jauh
melenceng. Indonesia tidak didirikan untuk satu golongan saja, tetapi
untuk semua golongan.
Nilai-nilai pancasila yang kurang
diresapi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
Berkembangnya
sikap apatis di tengah masyarakat membuat masyarakat tidak lagi peduli
dengan sesamanya mengakibatkan hilangnya rasa persatuan.
0 komentar:
Post a Comment